Sepatu Dahlan, buku yang layak dibaca

12/02/2012 10:45:00 PM Febriansyah 0 Comments



Sinopsis :
Seorang anak yang besar dari keluarga yang sangat sederhana di Kebon Dalem sebuah Desa di Jawa Timur bernama Dahlan. Dengan didikan dari seorang Bapak yang selalu menerapkan kedisiplinan dan ketegasan namun penuh kasih sayang. Ibunya yang lembut dan mampu menjadi peneduh seluruh anggota keluarga dan kedua kakak perempuannya yang mandiri serta adiknya yang penurut menjadikan karakter Dahlan dewasa dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan situasi yang terjadi dalam masa kanak-kanak dan masa remajanya.
Semangatnya untuk melanjutkan sekolah ke SMP yang di impikannya yaitu SMP Magetan tak tersampaikan karena biaya yang tak mampu dan bapaknya tetap menganjurkan Dahlan untuk melanjutkan sekolah di Tsanawiyah Takeran, sebuah pesantren yang didirikan oleh leluhur bapaknya Dahlan.
Setiap hari pergi dan pulang sekolah yang jauh dilakoninya dengan berjalan kaki tanpa alas kaki. Kesusahan yang dialaminya tak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu bahkan impiannya yang sederhana untuk memiliki sepasang sepatu dan sebuah sepeda mampu melecut semangat juangnya, sepulang sekolah menjadi buruh nyeset di kebun tebu, nandur atau menyabit rumput untuk makanan kambing yang dipeliharanya.
Sepeninggal ibunya Dahlan bersama bapak dan seorang adiknya hidup tanpa belaian kasih seorang ibu dan anggota keluarga perempuan karena kedua kakak perempuan Dahlan bekerja dan kuliah di Madiun, pulang hanya sesekali saja ke rumah.
Tak ada lagi yang membantu bapaknya untuk menopang perekonomian keluarganya karena Ibu Dahlan yang tadinya selalu membatik untuk menambah uang belanja keluarga kini tiada, kehidupan Dahlan dan keluarganya semakin diliputi kemiskinan, tak bisa setiap kali lapar bisa makan, kadang ia bersama zain harus mengikat perutnya dengan sarung untuk menahan lapar.
Keadaan yang serba kekurangan dan kemiskinan yang menyelimuti namun bapaknya Dahlan tetap berjuang menjadi kuli bangunan dan kerja serabutan juga tetap mendidik anak-anaknya untuk tidak mengharap belas kasih orang, kehidupan harus dijalani dengan perjuangan.
Hari-hari Dahlan yang serba kekurangan tak pernah dijadikan kambing hitam atas kemiskinan yang dialaminya, di sekolah dan lingkungan rumahnya tetap ceria bersama sahabat-sahabatnya Arif, Imran, Kadir, Komariyah dan Fadli. Mereka bersahabat dan selalu mengukir prestasi dalam pelajaran dan pertandingan Bola Voli.
Sampai pada suatu ketika, Dahlan yang tergabung dalam tim Bola Voli di sekolahnya menjadi peserta unggulan, dia bersama teman satu tim mewakili sekolahnya dalam kejuaraan Bola Voli serta berhasil menjadi juara. Pada awalnya Dahlan dan teman-temannya sempat putus asa karena dalam pertandingan tersebut diwajibkan memakai sepatu, sedangkan Dahlan tak memiliki sepatu, ia dan teman-temannya tak menyerah begitu saja. Pertandingan tetap dijalaninya.
Karena prestasinya yang bagus dalam Bola Voli, dari SMP Magetan meminta Dahlan untuk menjadi pelatih tim Voli nya, ia pun bersedia dan memperoleh bayaran yang lumayan, apakah impian Dahlan untuk memiliki sepatu dan sepeda itu tercapai? Bagaimanakah rencana Dahlan setamat sekolahnya kemudian? Apakah melanjutkan kuliah atau bekerja? Jawabannya bisa dibaca dalam Novel BerjudulSepatu Dahlan.
Resensi :
Trilogi dari Sepatu Dahlan, akan menyusul Surat Dahlan dan Kursi Dahlan
Novel ini adalah sebuah karya fiksi yang ditulis oleh Khrisna Pabichara yang mengambil latar cerita dari kisah seorang Tokoh Menteri BUMN Bapak Dahlan Iskandar semasa kecil dan remajanya. Ditulis dengan jelas dan cerita terasa hidup dari berbagai gambaran lingkungan serta penonjolan karakter-karakter tokoh yang ada pada novel ini.
Sebuah karya fiksi yang sarat makna serta penuh filosofi kehidupan yang apa adanya tanpa dibuat-buat. Kesahajaan yang dijalani kehidupan tokoh Dahlan bersama teman-temannya di Kebon Dalem benar-benar menghargai hidup sepenuh jiwa, tak menjadikan alasan untuk mengeluh atau mundur dalam perjuangan menggapai masa depan atas kemiskinan yang selalu melekat.
Sikap menjunjung harga diri yang hakiki sering di ulas dalam berbagai dialog dalam novel ini, seperti nasihat dari tokoh Kiyai Irsjad untuk anak didiknya di Pesantren Takeran, bahwa syarat untuk menjadi pemimpin itu tak perlu menjadi orang kaya atau berada dahulu, cukup Tahu Diri, Harus pandai menakar diri, mengukur kemampuan dan pandai bekerjasama.
Bukan hanya cerita seorang Dahlan yang memimpikan punya sepatu dan sepeda, lebih dari itu. Cerita dalam novel ini sangat banyak inspirasi yang bisa dipetik dan cocok dibaca mulai dari ABG sampai orangtua. Cara pandang hidup yang sangat bijaksana serta cara mendidik anak yang tepat bisa diambil dari kisah ini.

You Might Also Like

0 Komentar: