Faktor Penentu Pendidikan di Masa Depan
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN
1.1.Orang Tua
Orang tua merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan pendidikan di masa depan, karena mereka orang yang telah membesarkan kita sampai saat sekarang ini. Orang tua adalah sebagai sumber dana yang akan terus setia mensuplai tanpa ada kontrak kerja seperti pengembalian atau penggantian di kemudian hari. Dikarenakan kebutuhan ketika melanjutkan sekolah sangat membutuhkan pengeluaran dana yang terbilang besar, sementara umumnya anak sekolah di Indonesia tidak memiliki pekerjaan tetap dan umumnya masih menerima uang bulanan tetap untuk membiayai pendidikan yang kita jalani. Sehingga orang tua sangat berpengaruh dalam hal keuangan atau pembiayaan hidup untuk seorang anak yang hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya.
Terlepas dari kata-kata uang sebagai pelengkap hidup, orang tua juga sangat dibutuhkan untuk mengarahkan pola pendidikan selanjutnya untuk si anak. Suara orang tua di harapkan mampu dijadikan pedoman atau panutan dalam menentukan arah pendidikan yang akan di pilih oleh si anak. Hal ini disebabkan karena, tidak mungkin orang tua memberikan pilihan yang salah untuk si anak dalam hal pendidikan. Karena sudah jelas bahwa kasih orang tua sepanjang masa, dan validitas kalimat itu sudah tidak diragukan lagi kebenarannya. Dalam hal ini orang tua diharapkan mampu memberikan arahan yang tepat kemudian disesuaikan dengan potensi dan kondisi dari si anak sendiri, selain itu juga orang tua diharapkan setia mendampingi proses si anak minimal sampai selesai menentukan pilihannya.
Umumnya kondisi anak yang baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA sederajat masih labil ketika dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan di mana?, Jurusan apa?, bagaimana caranya?, dan dalam kondisi labil seperti ini orang tua mempunyai peran sentral yang sangat di harapkan kontribusinya. Kontribusi minimal dari orang tua bisa berupa pilihan kampus, pilihan jurusan, dll. Namun dalam proses ini orang tua diharapkan untuk tidak diktator dalam mensajikan pilihannya untuk si anak. Peran orang tua hanya diharapkan untuk bisa menjadi jembatan pengalaman yang kemudian di transformasikan kepada si anak, langkah diktator bisa di berlakukan dengan syarat kalau si anak tidak mampu memutuskan pilihannya sendiri.
Setelah pilihan ditentukan oleh si anak selanjutnya orang tua diharapkan untuk memberikan motivasi atau semangat dan keyakinan bahwa si anak mampu dan bisa melewati dan menjalani ini sampai jauh ke depan. Kata-kata motivasi atau nasihat dari orang tua diharapkan menjadi sebuah motivasi dan hukum berjalan yang selalu siap bekerja ketika dibutuhkan, hal ini karena kata-kata motivasi atau nasihat dari orang tua adalah bahasa hati yang diharapkan juga bisa langsung di terima oleh hati si anak sebagai sebuah bahasa yang harus di pertanggungjawabkan kemudian hari.
1.2.Teman
Dalam proses menentukan pilihan pendidikan, teman bisa menjadi faktor X yang kedua sebagai syarat kelancaran pilihan yang diberikan. Namun bisa juga teman dijadikan sebagai faktor utama dan sebagai bahan contoh apabila sudah mantap menentukan pilihan pendidikannya sendiri, kondisi ini akan memacu kita untuk bisa lebih baik di banding teman kita yang sudah mantap menentukan pilihan pendidikan untuk dirinya. Hal ini bisa di jadikan pemantik atau motivasi untuk segera melakukan hal yang sama dengan teman kita tadi. Kondisi seperti ini akan memberikan atmosfer semangat yang berbeda dalam proses menentukan pilihan pendidikan. Atau teman dijadikan orang tua sementara karena hal ini disebabkan antara lain teman sebaya, teman bermain, teman cerita, dll. Hal ini bisa memunculkan keberanian si anak untuk bebas berbicara tanpa takut salah, faktor ini bisa menjadikan kondisi menjadi lebih rileks dan santai, hal ini bisa memunculkan bahasa-bahasa atau kemauan yang terpendam yang belum sempat terbahasakan. Namun hal ini hanya akan berjalan efektif jika teman yang kita jadikan faktor X sudah di akui kredibilitasnya minimal dalam hal informasi pendidikan lanjutan, atau minimal memiliki semangat untuk melanjutkan pendidikan yang sama. Sehingga tidak terjadi ketimpangan ketika proses berjalan, karena kondisi teman sebaya atau teman sepermainan bisa saja sama-sama sedang labil ketika diberikan pilihan dalam melanjutkan pendidikan yang terbaik buat hidupnya.
Syarat teman yang akan dijadikan akses informasi atau sebagai media penyalur motivasi haruslah orang yang tepat, sehingga pilihan atau saran yang muncul bukanlah sesuatu yang salah dan menyesatkan. Pilihan atau saran yang diberikan harus memiliki dasar alasan yang cukup kuat dengan faktor-faktor pendukung dari si anak/kita. Hal ini di maksudkan supaya ketika pilihan yang diambil sudah di jalani tidak ada yang perlu di persalahkan jika ada yang harus di salahkan. Satu hal yang bisa di manfaatkan dan tidak memiliki dampak buruk adalah teman bisa dijadikan media penyalur motivasi, alat pemacu ketika kita masih disibukkan dengan pilihan. Kondisi ini akan memberikan efek bersaing sehat untuk menjadi yang terbaik, karena kondisi persaingan akan memaksa seseorang untuk bertindak cepat dan tepat.
1.3.Lingkungan
Lingkungan dan pendidikan adalah hal yang berhubungan, lingkungan yang baik akan menjadikan pendidikan baik, dan pendidikan yang baik akan menjadikan lingkungan baik. Sudah bisa di maknai jika lingkungan adalah salah satu faktor penting dalam memilih pendidikan, karena kondisi lingkungan yang baik akan memaksa kita untuk menjadi baik. Hal ini bisa di korelasikan bahwa, dalam hal ini perlu di perhatikan bagaimana lingkungan memberikan pendidikan untuk masyarakatnya. Bagaimana lingkungan mengajarkan arti pentingnya pendidikan bagi seorang manusia, dan bagaimana kita memaknai lingkungan sebagai guru yang mengajarkan dan memberikan jawaban atas pilihan-pilihan kita seputar pendidikan. Lingkungan bisa dijadikan sumber inspirasi, karena kondisi dan dinamika lingkungan sudah pasti memberikan sebuah jawaban walaupun dengan ilustrasi. Dengan memaknai kondisi dan dinamika lingkungan kita bisa menarik benang merah, harus di tempatkan dimana dan bagaimana pilihan-pilihan yang kita hadapi.
Contohnya seperti, ketika kita berada di tengah lingkungan orang-orang terpelajar maka kita akan terpacu untuk menjadi bagian dari orang-orang terpelajar juga, ketika kita berada di tengah orang-orang sukses maka kita akan termotivasi bagaimana menjadi orang sukses dan bisa berada bersama mereka orang sukses. Kondisi seperti ini bisa dijadikan kunci jawaban atas persoalan yang kita hadapi, karena kita bisa mencuri ilmu atau mencari pengalaman bagaimana langkah mereka bisa sukses atau menjadi orang-orang yang terpelajar seperti saat sekarang. Sudah tentu jawaban atau pengalaman yang mereka berikan tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sudah terbukti dan kita bisa melihat hasilnya. Kondisi lingkungan yang baik bisa dijadikan motivasi untuk pendidikan kita.
Namun bagaimana mencari alternatif jika kondisi yang kita harapkan tidak sesuai, apakah lantas harus berhenti, harus menyerah. Tidak, seperti sudah di jelaskan di atas bawa kondisi lingkungan bisa dijadikan sumber inpirasi, apa yang harus kita lakukan ketika kita berada tengah lingkungan yang tidak mendukung, di tengah lingkungan yang tidak ada satupun manusia terpelajar, di tengah lingkungan yang tidak memiliki manusia sukses, atau segudang masalah lainnya. Disini adalah saatnya mengaplikasikan potensi yang kita miliki, mengaplikasikan motivasi yang kita punya. Kondisi yang tidak mendukung seperti di atas harus dijadikan sebuah motivasi untuk berubah. Kondisi yang tidak mendukung bisa dijadikan jawaban atas pilihan-pilihan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Karena ternyata belum banyak yang bisa di jawab oleh manusia di sekitar kita, dan kita adalah orang yang harus siap mengambil bagian-bagian terbaik dari hidup dan lingkungan kita.
2. ANTISIPASI MASALAH DALAM MENENTUKAN FAKTOR SEKOLAH
Setelah faktor-faktor yang mendukung dalam proses menentukan pendidikan ke tingkat selanjutnya, maka perlu di pahami cara mengantisipasi masalah yang akan muncul.
2.1.Orang Tua
Lakukan komunikasi efektif kepada orang tua kita dan menunjukkan bahwa kita sebagai anak serius untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini di maksudkan untuk membangun kepercayaan orang tua bahwa kita sebagai anak tidak bermain-main dan akan mempertanggung jawabkan harapannya di kemudian hari. Langkah selanjutnya adalah, tunjukkan perubahan etika atau sopan santun yang paling baik yang kita miliki ketika berjumpa dengan orang tua kita, supaya orang tua memberi penilaian positif terhadap kita. Hal-hal yang berhubungan dengan perubahan prilaku dari yang negatif menjadi positif akan menjadi nilai tambah dan posisi tawar di hadapan orang tua, hal ini akan berdampak baik terhadap banyaknya pilihan dan peneyelesaian masalah yang muncul dari diri kita ketika proses ini berjalan.
Bangunan komunikasi akan semakin menjadi efektif apabila perubahan yang kita lakukan merupakan sesuatu yang mustahil terjadi pada diri kita, semakin besar kepercayaan orang tua terhadap kita maka akan memberikan efek bebas yang lebih besar bagi kita untuk menentukan pilihan. Namun hal ini tentunya dibarengi keseriusan dari diri kita sendiri, sehingga perubahannya menjadikan kita kontinyu dalam melakukan perubahan menuju kebaikan.
Komunikasi yang efektif juga harus dilakukan untuk menunjukkan pilihan kita terhadap pendidikan yang kita inginkan, sehingga orang tua akan dapat melakukan kalkulasi biaya yang akan di keluarkan apabila kita konsisten memilih pendidikan yang kita inginkan. Komunikasi ini juga akan berdampak positif terhadap interaksi antara anak dan orang tua yang sudah mutlak di posisikan sebagai penyokong dana ketika kita menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya. Ketika komukasi yang dilakukan menghasilkan sebuah kesimpulan tentang kendala dan hambatan maka hal ini bisa di siasati dengan mencari alternatif pendidikan maupun biaya yang akan di keluarkan. Sehingga diharapkan tidak akan terjadi masalah dalam proses menentukan pendidikan yang baik untuk diri kita pribadi.
2.2.Teman
Seorang teman harus kita berdayakan dalam menentukan pendidikan kita ke depan, antara lain dengan mencari informasi mengenai pendidikan yang akan kita ambil. Seorang teman diharapkan mampu memberikan solusi dari sebuah permasalahan yang muncul, sehingga beban yang akan kita peroleh menjadi berkurang. Yang perlu di perhatikan dari sebuah permasalahan ketika kita berinteraksi dengan teman adalah masalah yang menyangkut gangguan psikis, karena hal ini akan berdampak dengan tidak optimalnya usaha kita untuk menentukan pilihan ke jenjang pendidikan berikutnya. Diperlukan sebuah tren komunikasi yang disepakati dalam pertemanan, sehingga dapat mengurangi beban psikis yang rawan menyerang kita sebagai orang yang ingin memasuki dunia baru. Sehingga di harapkan tidak terjadi sedikitpun kesalahan maupun konflik dari pilihan yang kita hasilkan. Kita juga harus bisa memilih teman yang baik dan berkualitas, sehingga kendala yang muncul dapat di musyawrahkan bersama untuk mendapatkan sebuah jawaban terbaik, kontribusi teman sebagai orang terdekat setelah orang tua sangat di butuhkan sebagai alternative pencari penyelesaian masalah.
Kualitas dari seorang teman tentu akan memacu kita untuk juga menjadi lebih baik, sehingga memilih seorang teman yang tepat dalam menentukan pendidikan baru sangat penting. Namun hal ini juga bukan sebuah perkara mudah, karena akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk membuktikannya.
2.3.Lingkungan
Kondisi lingkungan adalah sebuah tantangan, lingkungan adalah kondisi dimana kita di posisikan sebagai objek pelaku, dimana kita adalah actor yang harus menentukan peran dan jalannya sebuah cerita kehidupan. Di butuhkan analisis yang panjang untuk memahami kondisi dari sebuah lingkungan hingga kita bisa menentukan sikap dari kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita. Lingkungan yang baik tentunya akan memberikan dampak yang baik, sebaliknya juga dengan lingkungan yang tidak baik akan memberikan dampak yang tidak baik untuk kita. Namun bisa juga hal ini kembali kepada diri kita, apakah kita bisa memposisikan diri kita terhadap situasi lingkungan kita. Apakah kita mampu menjadi pemeran utama dalam cerita kehidupan yang kita jalani, korelasi yang diharapkan dari lingkungan dengan pendidikan adalah, bahwa lingkungan bisa kita jadikan objek penilaian dari hasil pilihan yang kita pilih.
Lingkungan akan mengajarkan pendidikan melalui metodenya sendiri, tergantung kita menyikapi apa yang diberikan atau disampaikan lingkungan untuk kita. penyikapan kita terhadap sebuah kondisi lingkungan yang baik akan berbanding terbalik dengan penyikapan kita terhadap kondisi lingkungan yang tidak baik. Ketika kita berada di lingkungan yang baik maka kita akan mengambil langkah pencegahan atau tindakan tegas terhadap efek yang ditimbukalkan dari sebuah kondisi yang kurang baik, namun ketika kita terbiasa dengan lingkungan yang tidak baik dan masuk ke lingkungan yang mayoritas baik maka kita sudah tentu akan mengikutinya.
JGJ, febriid6@gmail.com
0 Komentar: