Doa di hujan terik

1/10/2013 02:26:00 PM Febriansyah 0 Comments

Siang ini kota ini terasa terik, tapi tetap saja ada rintik kecil hujan yang jatuh. Selintas teringat kata nenek, kalau mandi hujan siang-siang terik seperti ini nanti sakit. hhaa, itulah bijakknya nenek kalau cucunya rewel di bilangi. Selalu saja ada omongan bijak yang keluar dari mulutnya kalau aku sudah tidak nurut lagi di bilangin. 

Pernah magrib-magrib aku masih keluyuran di luar rumah, tiba-tiba nenek menjemputku sambil marah + nyubitb biar aku nurut pulang. Di jalan nenek masih ngeluarin kata-kata ajaibnya tentang rawannya keluar kalau magrib, kata nenek "kamu itu kalau di suruh pulang ya pulang, kamu gak tau apa kalau sekarang udah magrib. Nanti kalau kamu hilang di gondol kalong wewe gimana, pokonya besok kamu gak boleh keluar main lagi kalau masih bandel kayak gini sambil nyicil cubitan yang masih belum lepas :)". Widiiiw, rasanya senja itu tiba-tiba menjadi malam gelap. Padahal semburat hijau di langit barat masih terlihat walapun sedikit. Hha, itulah nenekku yang selalu ku banggakan, wanita tua yang selalu khawatir kalau cucunya mulai rewel dan menembus batas-batas kearifan lokal yang dia anut.

Hujan semakin terasa lebat, terlihat tetesanya membesar karena tepat jatuh di kilomter motorku. Aku berhenti, ya aku berhenti di sebuah gubuk. Tapi aku berhenti bukan karena hujan di siang terik ini, aku masih belum percaya apa kata nenek waktu itu, Hha bukan berarti ingin tidak nurut karena aku sudah besar.. Bukan pula ingin menghilangkan kearifan yang dulu acapkali diajarkan nenek lewat kehidupannya. Bukan karena itu, tapi banyak aspek yang saat ini mulai kupandang dari banyak perspektif dan nalar yang lebih luas. 

Aku berhenti karena kulihat hamparan hijaunya sawah yang membentang, di ujung kelokan petak sawah aku melihat seorang ibu tua menyiangi rumput-rumput kecil yang sudah tumbuh di pematang. Tidak diperdulikannya hujan yang membasahi caping penutup kepala, sesekali dia mengibaskan rumput itu agar tanah-tanahnya tidak ikut terbuang. Wahh, aku jadi teringat ibu di rumah. Apa yang sedang dilakukannya saat ini, waktu dan jarak memisahkan kami. Mataku tak bisa melihatnya ketika aku merindukannya, hanya lewat suara rinduku bisa menguap. 

Aku benar-benar merindukan mereka, merekalah alasan mengapa kehidupanku tak pernah kekurangan. Baik itu materi maupun materiil. Mereka selalu mencukupkan kebahagiaanku dengan semua usaha yang mereka bisa, tak pernah mereka membuatku merasa  sedih karena kekurangan . Di siang terik bersama hujan ini aku memanjatkan ribuan doa dan pujianku pada tuhan, agar kebahagiaan dan kesehatan selalu menemaninya dimanapun dan kapanpun, Izinkan aku membahagiakan mereka suatu saat dengan cinta yang kupunya, dengan benih kebahagiaan yang selalu mereka tanam dan ajarkan.

FB, 10 Jan ' 13 : Bukit Tidar

You Might Also Like

0 Komentar: