Pendakian ke Gunung Merbabu
Sepertinya sudah 1 minggu yang lalu kami merencanakan untuk naik ke gunung merbabu, gunung yang kalau di pagi hari yang cerah bisa terlihat jelas dari belakang rumah. Gunung yang bisa buat mandi jadi pending karena asyik untuk dilihatinhe.e...... sampai akhirnya timbul niat untuk berangkat ke puncak yang sering kulihat + pengen liat sunrise, berhubung sudah lama tidak liat sunrise yang bagus. Awalnya pesimis sama niatan ini, karena pengalaman ngecamp di dataran Dieng yang gagal karena dingin, padahal secara geografis dataran Dieng dengan ketinggian 2.000 m jelas lebih rendah di banding Gunung Merbabu dengan ketinggian 3.142m. Tapi sepertinya tidak di benarkan jika hanya melihat-lihat saja, lebih menarik kalau di naikin dan disentuh langsung. Ha.a.a........, beberapa hari yang lalu sempat searching di internet tentang informasi gunung merbabu dan dapatnya :
Gunung merbabu adalah gunung api yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.
Selain itu coba tanya ke temen-temen yang udah sering kesana tentang jalur dan tantangan yang dihadapi, kalau kata mereka si tidak terlalu berat.. Hee..e...... ternyata........ Tepat hari sabtu kemaren kami berangkat dari kontrakan sekaligus sekretariat Ipmalay dengan 6 personil (jantan semua. he.e.e...), karena alasan teknis (padahal maunya, ha.a.a.......) + perlengkapan pribadi, tenda, GPS, dan senter. Simple too,,,,10.00 am
Berangkat dari sekretariat (Yogya) dengan rute, Ringroad Utara arah ke Klaten karena lewat Boyolali, kalau temen-temen ada yang mau lewat magelang juga bisa, lewat jalur ketep pass. Setelah sampai di klaten ambil jalur yang ke arah jatianom, sampai di jati anom berhenti sebentar buat beli keperluan logistik yang gak sempet kebawa dari jojga. Perjalanan di lanjutkan ke arah Kota Boyolali, sampai di Boyolali berhenti sebentar buat isi perut karena udah laper kepanasan di jalan. Dari Boyolali langsung menuju desa selo (Selo berada di antara merapi dan merbabu), setelah sampai di Selo langsung menuju ke desa Tuk pakis sebagai desa terakhir untuk jalur pendakian ke puncak gunung merbab, di desa Tuk pakis kita bisa mermalam di rumah pak soenarto atau pak praworo (juru kunci gunung merbabu) yang sekaligus bisa di gunakan sebagai basecamp. Masyarakat desa Tuk pakis umumnya bermata pencaharian petani sayur-mayur, jika tidak memiliki air segera cari di desa ini karena sepanjang jalur pendakian tidak akan di temukan sumber air.
14.00 pm
Sampai di basecamp selo dan langsung mengisi buku pendaftaran pendakian, supaya kalau terjadi hal yang tidak diingingkan mudah dilakukan langkah-langkah penyelamatan strategis. Setelah prepare awal selesai dilanjutkan dengan berdoa bersama untuk memohon kepada yang kuasa semoga di beri keselamatan sampai kembali ke basecamp.
14.30 pm
Mulai berangkat daki, lewar jalur pendakian 1, dari basecamp masuk terus ke hutan. (akan banyak persimpangan yang harus di perhatikan).
15.30 pmSampai di Pos 1, berhenti sejenak untuk nyari nafas. Perjalanan dari basecamp ke pos 1 terbilang cukup datar, kondisi jalan ada yang berada di atas tebing curam dan hal ini harus di perhatikan dengan baik, di pos ini udara sudah mulai terasa dingin padahal matahari masih cukup terang.
17.40 pmSampai di pos 2, perjalanan dari pos 1 ke pos 2 semakin berat. Medan semakin berat karena jalan semakin banyak yang mendaki ditambah waktu yang semakin gelap menyebabkan udara semakin dingin dan tipis. Di pos 2 ketemu sahabat baru, mereka pendaki dari solo, sudah setengah jam mereka sampai di pos ini, bahkan api unggun sudah mereka pasang untuk membantu menghangatkan badan yang sudah semakin dingin karena malam tiba. Tidak ingin berlama-lama di pos ini karena kami harus segera membuat tenda untuk tidur nanti malam, karena gelap terasa sangat cepat datang. Kondisi malam yang gelap membuat jalur pendakian semakin sulit dilewati, selain itu jalur pendakian dari pos 2 ke pos selanjutnya lebih terjal di banding jalur-jalur sebelumnya.
18.30 pmSampai di tempat yang cukup lebar untuk mendirikan tenda, karena sejak perjanan dari pos 2 tadi yang kami lewati hanyak jalan terjal dan curam dengan sudut 60 derajat. Bahkan saking terjalnya jalur, berjalan saja bisa lebih dari 6 kali terperosot dan hampir jatuh ke bawah, kondisi di jalur ini sudah mulai kritis. Setiap berjalan 20 meter kami harus berhenti karena terpaan dingin yang semakin parah dan mengganggu stabilitas stamina, menghirup udara pun sudah mulai sedikit tidak enak. Jalur yang di lewati sampai di lokasi tenda ini sangat kecil, selain itu kondisi jalannya tanah gembur yang rapuh. Cukup berbahaya kalau kita tidak berhati-hati, tapi Alhamdulillah bisa sampai di dataran yang cukup luas.
Setelah sampai di dataran yang tepat, segera saja kami dirikan tenda. tapi ternyata mendirikan tenda tidak semudah yang dibayangkan, karena dinginnya cuaca membuat tangan sakit kalau menggenggam kuat batang tenda atau patok tenda. Di waktu ini pekerjaan di bagi menjadi 2, 2 orang mendiriikan tenda dan 4 orang mencari kayu untuk api unggun. 10 menit di habiskan untuk mendirikan tenda, dan 15 menit untuk mencari kayu. di tempat ini sulit mencari kayu, kalau ada pun pasti masih basah. Beruntung tadi ada yang berinisiatif bawa kayu dari pos 1. Tapi karena lebih banyak batang kayu yang basah membuat api unggun semakin sulit hidup, 3 batang parafin tidak cukup untuk menghidupkan tumpukan kayu yang tepat berada di samping tenda. Karena kondisi dingin sudah semakin mengganggu kami putuskan untuk menunda menghidupkan api unggun dan langsung masuk, alhamdulillah di dalam tenda cukup membantu mengurangi dinginnya udara dan angin di malam ini.
19.10 pmMasih di dalam tenda sambil makan roti tawar yang kami beli siang tadi di jatianom, saking laparnya makannya jadi liar. ha,a.a..a.a..... Setelah 15an menit kami di dalam tenda sepertinya ada suara pendaki yang datang dari bawah, setelah kami keluar ternyata kawan-kawan pendaki dari solo yang tadi kami jumpain di pos 2. ternyata mereka memutuskan untuk menyusul kami, karena mereka melihat ada dataran yang bisa buat bertahan malam ini, komunikasi jarak jauh ketika mendaki malam hari cukup unik, karena menggunakan cahaya kilatan lampu senter untuk memberi informasi bahwa kami sudah sampai di dataran atas dan jalur pendakian yang kami daki benar.
Akhirnya dataran ini semakin ramai, karena ada 1 tim yang bergabung dan menemani kami tidur malam ini. Tetap sama seperti yang tadi aku sebutkan di atas, kami sangat akrab di sini, bahkan kami bagi tugas untuk tetap mencari kayu kering dan sebagian bertugas menghidupkan api yang dari tadi tidak bisa hidup. Masalah yang dihadapi di sini adalah tidak adanya kayu kering yang tersedia, yang ada hanya bunga edelwis yang terhampar luas. Alternatifnya adalah mencari rerumputan kering yang ada di sekitar tenda, walapun tidak bertahan lama tapi lumayanlah untuk sekedar membantu menghangatkan badan sampai beberapa menit.
Ada yang unik dengan kawan-kawan pendaki dari solo, karena mereka tidak satupun yang ada membawa tenda. Ketika kami tanya kenapa, jawabannya ya karena biasanya seperti ini mas ucap seorang dari mereka. Wah-wah, kami geleng2 kepala karena terheran. Bagaimana kami tidak heran, kondisi udara yang dingin tentu sangat mengganggu stabilitas stamina dan daya tahan tubuh ketika mendaki.
21.00 pmKondisi api unggun sudah tidak bisa diharapkan untuk bertahan lama, walaupun udara tetap bertambah dingin. Sepertinya sudah 6 baju dobel yang dipakai, tapi tetap tidak banyak membantu mengatasi dingin malam ini, alternatifnya cuma gosok-gosok tangan + meringis kedinginan. ha.a.....
Berangkat dari sekretariat (Yogya) dengan rute, Ringroad Utara arah ke Klaten karena lewat Boyolali, kalau temen-temen ada yang mau lewat magelang juga bisa, lewat jalur ketep pass. Setelah sampai di klaten ambil jalur yang ke arah jatianom, sampai di jati anom berhenti sebentar buat beli keperluan logistik yang gak sempet kebawa dari jojga. Perjalanan di lanjutkan ke arah Kota Boyolali, sampai di Boyolali berhenti sebentar buat isi perut karena udah laper kepanasan di jalan. Dari Boyolali langsung menuju desa selo (Selo berada di antara merapi dan merbabu), setelah sampai di Selo langsung menuju ke desa Tuk pakis sebagai desa terakhir untuk jalur pendakian ke puncak gunung merbab, di desa Tuk pakis kita bisa mermalam di rumah pak soenarto atau pak praworo (juru kunci gunung merbabu) yang sekaligus bisa di gunakan sebagai basecamp. Masyarakat desa Tuk pakis umumnya bermata pencaharian petani sayur-mayur, jika tidak memiliki air segera cari di desa ini karena sepanjang jalur pendakian tidak akan di temukan sumber air.
14.00 pm
Sampai di basecamp selo dan langsung mengisi buku pendaftaran pendakian, supaya kalau terjadi hal yang tidak diingingkan mudah dilakukan langkah-langkah penyelamatan strategis. Setelah prepare awal selesai dilanjutkan dengan berdoa bersama untuk memohon kepada yang kuasa semoga di beri keselamatan sampai kembali ke basecamp.
14.30 pm
Mulai berangkat daki, lewar jalur pendakian 1, dari basecamp masuk terus ke hutan. (akan banyak persimpangan yang harus di perhatikan).
15.30 pmSampai di Pos 1, berhenti sejenak untuk nyari nafas. Perjalanan dari basecamp ke pos 1 terbilang cukup datar, kondisi jalan ada yang berada di atas tebing curam dan hal ini harus di perhatikan dengan baik, di pos ini udara sudah mulai terasa dingin padahal matahari masih cukup terang.
17.40 pmSampai di pos 2, perjalanan dari pos 1 ke pos 2 semakin berat. Medan semakin berat karena jalan semakin banyak yang mendaki ditambah waktu yang semakin gelap menyebabkan udara semakin dingin dan tipis. Di pos 2 ketemu sahabat baru, mereka pendaki dari solo, sudah setengah jam mereka sampai di pos ini, bahkan api unggun sudah mereka pasang untuk membantu menghangatkan badan yang sudah semakin dingin karena malam tiba. Tidak ingin berlama-lama di pos ini karena kami harus segera membuat tenda untuk tidur nanti malam, karena gelap terasa sangat cepat datang. Kondisi malam yang gelap membuat jalur pendakian semakin sulit dilewati, selain itu jalur pendakian dari pos 2 ke pos selanjutnya lebih terjal di banding jalur-jalur sebelumnya.
18.30 pmSampai di tempat yang cukup lebar untuk mendirikan tenda, karena sejak perjanan dari pos 2 tadi yang kami lewati hanyak jalan terjal dan curam dengan sudut 60 derajat. Bahkan saking terjalnya jalur, berjalan saja bisa lebih dari 6 kali terperosot dan hampir jatuh ke bawah, kondisi di jalur ini sudah mulai kritis. Setiap berjalan 20 meter kami harus berhenti karena terpaan dingin yang semakin parah dan mengganggu stabilitas stamina, menghirup udara pun sudah mulai sedikit tidak enak. Jalur yang di lewati sampai di lokasi tenda ini sangat kecil, selain itu kondisi jalannya tanah gembur yang rapuh. Cukup berbahaya kalau kita tidak berhati-hati, tapi Alhamdulillah bisa sampai di dataran yang cukup luas.
Setelah sampai di dataran yang tepat, segera saja kami dirikan tenda. tapi ternyata mendirikan tenda tidak semudah yang dibayangkan, karena dinginnya cuaca membuat tangan sakit kalau menggenggam kuat batang tenda atau patok tenda. Di waktu ini pekerjaan di bagi menjadi 2, 2 orang mendiriikan tenda dan 4 orang mencari kayu untuk api unggun. 10 menit di habiskan untuk mendirikan tenda, dan 15 menit untuk mencari kayu. di tempat ini sulit mencari kayu, kalau ada pun pasti masih basah. Beruntung tadi ada yang berinisiatif bawa kayu dari pos 1. Tapi karena lebih banyak batang kayu yang basah membuat api unggun semakin sulit hidup, 3 batang parafin tidak cukup untuk menghidupkan tumpukan kayu yang tepat berada di samping tenda. Karena kondisi dingin sudah semakin mengganggu kami putuskan untuk menunda menghidupkan api unggun dan langsung masuk, alhamdulillah di dalam tenda cukup membantu mengurangi dinginnya udara dan angin di malam ini.
19.10 pmMasih di dalam tenda sambil makan roti tawar yang kami beli siang tadi di jatianom, saking laparnya makannya jadi liar. ha,a.a..a.a..... Setelah 15an menit kami di dalam tenda sepertinya ada suara pendaki yang datang dari bawah, setelah kami keluar ternyata kawan-kawan pendaki dari solo yang tadi kami jumpain di pos 2. ternyata mereka memutuskan untuk menyusul kami, karena mereka melihat ada dataran yang bisa buat bertahan malam ini, komunikasi jarak jauh ketika mendaki malam hari cukup unik, karena menggunakan cahaya kilatan lampu senter untuk memberi informasi bahwa kami sudah sampai di dataran atas dan jalur pendakian yang kami daki benar.
Akhirnya dataran ini semakin ramai, karena ada 1 tim yang bergabung dan menemani kami tidur malam ini. Tetap sama seperti yang tadi aku sebutkan di atas, kami sangat akrab di sini, bahkan kami bagi tugas untuk tetap mencari kayu kering dan sebagian bertugas menghidupkan api yang dari tadi tidak bisa hidup. Masalah yang dihadapi di sini adalah tidak adanya kayu kering yang tersedia, yang ada hanya bunga edelwis yang terhampar luas. Alternatifnya adalah mencari rerumputan kering yang ada di sekitar tenda, walapun tidak bertahan lama tapi lumayanlah untuk sekedar membantu menghangatkan badan sampai beberapa menit.
Ada yang unik dengan kawan-kawan pendaki dari solo, karena mereka tidak satupun yang ada membawa tenda. Ketika kami tanya kenapa, jawabannya ya karena biasanya seperti ini mas ucap seorang dari mereka. Wah-wah, kami geleng2 kepala karena terheran. Bagaimana kami tidak heran, kondisi udara yang dingin tentu sangat mengganggu stabilitas stamina dan daya tahan tubuh ketika mendaki.
21.00 pmKondisi api unggun sudah tidak bisa diharapkan untuk bertahan lama, walaupun udara tetap bertambah dingin. Sepertinya sudah 6 baju dobel yang dipakai, tapi tetap tidak banyak membantu mengatasi dingin malam ini, alternatifnya cuma gosok-gosok tangan + meringis kedinginan. ha.a.....
Tapi siapapun orang yang berada di sini pasti tidak akan menyesal, pemandangan alam di malam hari sangat indah di pandang dari atas sini. Bulan sabit + jutaan bintang-bintang yang bertebar sepertinya ikut menyambut kehadiran manusia yang letih mendaki, taburan bintang-bintang yang membentuk beragam rasi membuat kondisi malam semakin menarik apalagi kerlap-kerlip lampu di kota yang meliuk-liuk seperti ular semakin mendamatisir suasana malam ini.Samar-samar terdengar sautan orang mengaji, deruman motor dan beragam suara lain dari desa-desa di bawah sana.Sumpah, ini adalah suasana malam terbaik yang pernah aku rasakan kawan.
Sepertinya ini adalah hadiah yang diberikan sang pencipta untuk hambanya yang rela melewatkan malam bersama alam ciptaanya, untuk hambanya yang sudah rela melewatkan keindahan suasana ramainya kota dan indahnya wanita di malam minggu. ha.a.a.a....
Sepertinya ini adalah hadiah yang diberikan sang pencipta untuk hambanya yang rela melewatkan malam bersama alam ciptaanya, untuk hambanya yang sudah rela melewatkan keindahan suasana ramainya kota dan indahnya wanita di malam minggu. ha.a.a.a....
22.40 pmSemakim malam udara semakin dingin, oksigen rasanya pun sudah semakin menipis. Ngisep sebatang 234 sudah kayak ngisep flava mentol karena dinginnya udara di hidung sampai tenggorokan. Tidak terasa rokok tinggal berapa batang, padahal baru saja di buka beberapa jam yang lalu. Karena besok kami masih harus melanjutkan perjalanan maka kami putuskan untuk tidur, tenda yang kami bawa hanya berkapasitas 6 orang walau akhirnya bisa berkapasitas 13 orang. ha.a.a........Ternyata semakin malam angin semakin kencang, kawan-kawan pendaki dari solo sepertinya mulai kalang kabut menahan dingin yang menerpa. Walau akhirnya kami jadi satu di tenda, ha.a.... "Kita adalah saudara disini, apa yang kita punya sekarang maka adalah milik kita bersama" ucap salah satu sahabat untuk mencairkan beberapa kawan-kawan dari solo yang malu-malu masuk ke tenda kami,......
23.40 pmSayup-sayup terdengar ada hentakan kaki manusia dari balik jurang yang terjal di sebelah kami, setelah kami keluar ternyata ada beberapa kawan-kawan pendaki yang baru sampai dan berniat melanjutkan perjalanan sampai di pos berikutnya. Sepertinya ada 4 s/d 6 tim pendaki yang baru sampai malam ini. Tak terlihat jelas wajah-wajah mereka seperti apa bentuknya karena muka dan tubuh mereka tertutup rapat oleh peralatan penghangat yang mereka kenakan masing-masing, hanya komunikasi ala pasar saja yang terjalin (mampir mas, semangat mas, ayo-ayo, masih teruskah??) untuk mempersilahkan mereka melanjutkan perjalanan.
02.00 amTidak semua dari kami bisa tidur, karena dinginnya udara membuat badan terasa ngilu-ngilu. Sesekali aku bergabung dengan teman-teman yang sedang nglepus-nglepus di luar tenda untuk menikmati indahnya malam ini, ku sempatkan sekali-kali melihat puncak merbabu yang kata mereka masih tertutupi oleh 5 bukit terjal. Ternyata tim pendaki yang kami jumpai semalam sudah berada di tebing ketiga, padahal sudah beberapa jam yang lalu mereka berjalan tapi sepertinya jarak yang mereka tempuh masih belum terlalu jauh, balasan lampu senter yang sesekali mereka tembakkan ke arah senter kami, di gunakan untuk memastikan sudah dimana posisi mereka saat ini. Itulah bahasa komunikasi baru yang bisa ku pahami di tempat ini.. Aneh, unik dan menarik....
03.40 amKami putuskan untuk melanjutkan perjalanan karena kami harus mengejar keindahan terbutnya matahari dari puncak merbau, dari 6 orang yang mendaki hanya 4 orang yang sanggup melnjutkan perjalanan. Kondisi di pagi ini sangat di luar dugaan, udara benar-benar gak enak buat di hirup karena kami harus bersaing dengan pepohonan untuk memperoleh oksigen. 1 orang kawan dari timku limpung karena ondisi ini, sama juga sepertiku yang hampir limpung.
05.30Kami sampai di tebing ke 4 dan tinggal 1 tebing lagi yang harus kami lewati, tapi karena sunrise sudah mulai terlihat terpaksa kami harus berhenti. Karena jarak yang harus kami tempuh sekitar 800m lagi untuk sampai puncak, waktu menunggu sunrises kami manfaatkan juga untuk istirahat.
Pancaran sinar matahari terlihat sedikit demi sedikit, membuat udara pagi ini menjadi hangat karena paparan sinarnya langsung menyentuh kulit-kulit. Dari titik ini jelas terelihat betapa indahnya pemandangan yang terhampar tepat di sekeliling kami, seakan diri ini hanyalah hamparan pasir kecil yang siap terbang terbawa angin karena kerapuhannya..Subhannallah, Dialah Maha ESA dan itu adalah mutlak!!!! 23.40 pmSayup-sayup terdengar ada hentakan kaki manusia dari balik jurang yang terjal di sebelah kami, setelah kami keluar ternyata ada beberapa kawan-kawan pendaki yang baru sampai dan berniat melanjutkan perjalanan sampai di pos berikutnya. Sepertinya ada 4 s/d 6 tim pendaki yang baru sampai malam ini. Tak terlihat jelas wajah-wajah mereka seperti apa bentuknya karena muka dan tubuh mereka tertutup rapat oleh peralatan penghangat yang mereka kenakan masing-masing, hanya komunikasi ala pasar saja yang terjalin (mampir mas, semangat mas, ayo-ayo, masih teruskah??) untuk mempersilahkan mereka melanjutkan perjalanan.
02.00 amTidak semua dari kami bisa tidur, karena dinginnya udara membuat badan terasa ngilu-ngilu. Sesekali aku bergabung dengan teman-teman yang sedang nglepus-nglepus di luar tenda untuk menikmati indahnya malam ini, ku sempatkan sekali-kali melihat puncak merbabu yang kata mereka masih tertutupi oleh 5 bukit terjal. Ternyata tim pendaki yang kami jumpai semalam sudah berada di tebing ketiga, padahal sudah beberapa jam yang lalu mereka berjalan tapi sepertinya jarak yang mereka tempuh masih belum terlalu jauh, balasan lampu senter yang sesekali mereka tembakkan ke arah senter kami, di gunakan untuk memastikan sudah dimana posisi mereka saat ini. Itulah bahasa komunikasi baru yang bisa ku pahami di tempat ini.. Aneh, unik dan menarik....
03.40 amKami putuskan untuk melanjutkan perjalanan karena kami harus mengejar keindahan terbutnya matahari dari puncak merbau, dari 6 orang yang mendaki hanya 4 orang yang sanggup melnjutkan perjalanan. Kondisi di pagi ini sangat di luar dugaan, udara benar-benar gak enak buat di hirup karena kami harus bersaing dengan pepohonan untuk memperoleh oksigen. 1 orang kawan dari timku limpung karena ondisi ini, sama juga sepertiku yang hampir limpung.
05.30Kami sampai di tebing ke 4 dan tinggal 1 tebing lagi yang harus kami lewati, tapi karena sunrise sudah mulai terlihat terpaksa kami harus berhenti. Karena jarak yang harus kami tempuh sekitar 800m lagi untuk sampai puncak, waktu menunggu sunrises kami manfaatkan juga untuk istirahat.
Terlihat di kejauhan, kerumunan manusia yang berkelempok-kelompok juga tengah asyik menikmayi matahari di pagi ini. Tanpa komando, semua sepakat kalau matahari pagi ini memang indah untuk dinikmati.
07.15 amPerjalanan di lanjutkan mendaki bukit di depan, sekaligus menandakan bahwa untuk mencapai ke puncak tinggal sedikit lagi. Bahagia rasanya, karena perjuangan subuh tadi ternyata tidak sia-sia. Perjuangan yang terasa cukup berat, karena tidak pernah terjadi sebelumnya.
08.00 amTim sudah berada di puncak terakhir gunung merbabu, atau yang lebih di kenal sebagai puncak sarip (3.120m). Dari puncak ini pemandangan yang terlihat jauh lebih indah, karena seluruh hamparan bumi jelas terlihat. Bahkan ada beberapa gunung tinggi yang juga terlihat dari sini, walaupun yang terlihat hanya setengah badannya saja. Gunung-gunung yang bisa terlihat antara lain, Gunung merapi, gunung sumbing, gunung lawu, dll.
09.00 amPerjalanan kami lanjutkan untuk pulang ke basecamp, perjalanan pulang akan terasa lebih mudah karena medan yang dijalani hanya menuruni bukit. Sesekali berhenti sebentar untuk beristirahat.
01.00 pmSampai di basecamp, mandi dan istirahat sebentar untuk persiapan melanjutkan perjalanan pulang ke Jogjakarta.
02.40 pmWELCOME to DJOGJA............
08.00 amTim sudah berada di puncak terakhir gunung merbabu, atau yang lebih di kenal sebagai puncak sarip (3.120m). Dari puncak ini pemandangan yang terlihat jauh lebih indah, karena seluruh hamparan bumi jelas terlihat. Bahkan ada beberapa gunung tinggi yang juga terlihat dari sini, walaupun yang terlihat hanya setengah badannya saja. Gunung-gunung yang bisa terlihat antara lain, Gunung merapi, gunung sumbing, gunung lawu, dll.
09.00 amPerjalanan kami lanjutkan untuk pulang ke basecamp, perjalanan pulang akan terasa lebih mudah karena medan yang dijalani hanya menuruni bukit. Sesekali berhenti sebentar untuk beristirahat.
01.00 pmSampai di basecamp, mandi dan istirahat sebentar untuk persiapan melanjutkan perjalanan pulang ke Jogjakarta.
02.40 pmWELCOME to DJOGJA............
Apik2....
BalasHapusKapan perjalanan yang lain di lanjutkan??
BalasHapusMuantep tenan,,,,
BalasHapusjadi kangen numpak gunung mas...
bang, entar kalo emang gak jadi ke Bromo nya, kemari lagi aja yaaaa,,,,, yayayayaaa,,,, :)
BalasHapusWah, bisa itu...
BalasHapuskalau merbabu aja hajar...
He.e.e..